gmc dewasa

gmc dewasa

BELUM PERCAYA BAHWA OTAK TENGAH BISA DI AKTIVASI? COBALAH TES DENGAN ALAT YANG DISEBUT TMS

Kalau belum ada bukti yang bisa dilihat dengan mata kepala sendiri mungkin banyak orang tidak mau percaya. Tentu saja Itu wajar terjadi. Demikian halnya dengan persoalan aktivasi otak tengah. Banyak orang bisa jadi belum merasa puas dengan bukti-bukti yang sudah sering ditunjukkan seperti misalnya kemampuan membaca dengan mata tertutup, mengumpulkan kartu-kartu remi dalam satu kelompok warna, menggambar atau mewarnai gambar dengan mata tertutup dan lain sebagainya.
Karena itu, ahli saraf dari Rumah Sakit Duren Sawit Jakarta Dr. Agus Solichien Setiawan Sp.S, MARS memberika satu bukti bahwa otak tengah seorang anak telah diaktivasi dengan alat yang disebut TMS (Transcranial Magnetic Stimulation). Ini merupakan alat pengukur keberhasilan aktivasi otak tengah. Sebuah alat dengan amplifier dank koil yang dapat memancarkan magnet sampai 2.5 Tesla (disimbolkan T yaitu Satuan Internasional Intensitas magnet). Magnet ini bisa menembus batok kepala, magnet ini akan diterima sel-sel otak dalam intensitas listrik lemah. TMS ini akan merekam kecepatan transmisi elektrik di jalur-jalur transmisi/ kabel-kabel tadi. TMS akan merekam kecepatan ransmisi otak anak sebelum dan sesudah aktivasi untuk memberikan data empiris obyektif medis kepada para orang tua.
Semakin cepat transmisi di kabel-kabel serabut tadi, maka koneksitas otak kiri dan otak kanan juga makin cepat. Keseimbangan otak kiri dan kanan itu yang mau dituju dengan aktivasi otak tengah sehingga menjadi satu kesatuan yang bekerja bersama. “Sebagian besar yang diaktivasi saya ukur transmisi elektrik otaknya menggunakan TMS tadi sebelum dan sesudah aktivasi, ada perbedaan. Yang pasti perbedaan pada kecepatan transmisi elektrik di serabut-serabut/ kabel kabel sel otak tadi “ ujar Dr. Agus.
TMS Dinyatakan Aman
TMS bukan semata sebagai alat diagnosa aktivitas otak tetapi juga sebagai alat terapi. Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa semua aktivitas dalam otak manusia adalah lompatan/ impuls listrik dari satu sel otak ke sel otak yang lain. Ketika manusia mengalami gangguan fungsi otak, berarti ada transmisi impuls listrik yang tidak lancar. Maka dengan terapi TMS ini kemacetan-kemacetan transmisi listrik di otak manusia distimulasi supaya menjadi lancar kembali.
Penggunaan TMS tidak menyakiti kita. Ini adalah alat yang sifat penggunaannya non-invasif bertujuan menguatkan atau melemahkan neuron otak. TMS menggunakan induksi elektromagnetik yang menghasilkan medan magnet, magnet dipancarkan di otak manusia melalui koil magnet ini akan memberi stimulasi pada aktivitas otak. Ini dapat diatur sesuai dengan kebutuhan diagnosa maupun terapi. TMS tidak bersinggungan langsung dengan kulit kepala. Metoda dan alat TMS relatif aman dan sdah mendapatkan rekomendasi United States FDA (Food and Drug Administration).
Latar belakang kemunculan metode TMS diawali oleh penelitan arus Eddy atau juga disebut arus Foucault atau istilah penemuan induksi elektromagnetik yang menghasilkan medan magnet. Dalam elektronika medan magnet dapat tercipta karena induksi elektrik. Penemuan arus Eddy ini sudah tertulis sejak abad 20.
Penelitian TMS pertama kali berhasil dilakukan oleh Anthony Barker bersama kampus studinya di Sherffield England di tahun 1985. Ini pertama kalinya TMS didemonstrasikan untuk stumulasi motor cortex/ sensor motorik manusia. Penggunaan TMS lebih aman dibandingkan dengan stimulasi elektrik langsung kepada otak manusia yang menyebabkan ketidaknyamanan pada pasien. Untuk terapi psikologis dan penyakit TMS efektif untuk terapi stoke dan Parkinson. Beberapa kasus pasien ADD/ ADHD (autis) juga bisa baik berkat TMS
Beberapa kasus pasien autis Dr. Agus biasa diatasi cukup dengan 5-9 kali terapi dengan TMS, Hasilnya sangat efektif dibandingkan dengan latihan-latihan konvensional untuk membentuk pola pikir pasien autis yang selama ini kita ketahui.
Diluar negeri TMS sudah banyak digunakan di klinik-klinik kesehatan otak karena merupakan terobosan baru dalam bidang klinik otak dan saraf. Di Indonesia belum banyak rumah sakit yang memiliki fasilitas TMS ini. Untuk kasus-kasus psikis, TMS terbukti membantu mengurangi depresi. Dengan terapi TMS pengobatan depresi menjadi lebih efektif karena setelah beberapa kali terapi, pasien tidak lagi mengalami depresi meski pengobatan TMS dihentikan selama beberapa bulan kemudian. Efek samping yang diakibatkan oleh TMS ini hanya sakit kepala dan ketidaknyamanan sementara untuk beberapa pasien.
Beberapa Negara yang telah menggunakan TMS dalam pengobatan klinis antara lain Kanada, Australia, New Zealand, Uni Eropa, Israel, Amerika, dan Indonesia.
TMS memberikan kontribusi tersendiri dalam bidang pengobatan gangguan fungsi otak mengurangi efek penggunaan obat-obatan atau bahkan menghilangkan ketergantungan penggunaan obat-obatan untuk pengobatan.